BERITABANJARMASIN.COM - Manusia semuanya memiliki ayah dan ibu kecuali beberapa orang yang berbeda seperti Nabi Adam, Siti Hawa, Nabi Isa. Namun terkadang tidak semua orang bisa berinteraksi dengan orangtua mereka sendiri dikarenakan berbagai macam sebab salah satunya adalah karena meninggal. Meninggalnya orangtua ini adalah salah satu rahasia Allah yang tidak diketahui setiap hambanya seperti yang terjadi kepada junjugan kita Nabi Muhammad.
Yatim merupakan berasal dari bahasa arab yaitu anak yang belum baligh dan kehilangan ayahnya. Dalam kamus bahasa Indonesia yatim adalah tidak beribu atau tidak berayah lagi (karena ditinggal mati); sedangkan piatu adalah orang yang tidak beribu-bapak tapi ada juga yang menyebut piatu adalah seorang anak yang ibunya meninggal dunia.
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا... وَأَشَارَ بِالسَّباَّبَةِ وَاْلوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya (al-Bukhari no. 4998 dan 5659).
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاَحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ
Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu” (Al-Baqarah: 220)
Lalu bagaimana cara memperlakukan anak yang sudah yatim atau piatu?
Ustad muda Muhammad Taslimurrahman berujar ada beberapa cara memuliakan anak yatim, yakni pertama dengan cara mendidik. Kedua, membiayai pendidikannya. Ketiga, memberikan keterampilan. Keempat, menjaga hartanya.
"Jadi inilah lima cara dalam Islam memperlakukan anak yatim piatu yang benar," ucap Kepala Sekolah MTs Arramatul Abadiyah itu kepada BeritaBanjarmasin.com pada Jumat (12/7/2019). (puji/sip)
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا... وَأَشَارَ بِالسَّباَّبَةِ وَاْلوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya (al-Bukhari no. 4998 dan 5659).
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاَحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ
Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu” (Al-Baqarah: 220)
Lalu bagaimana cara memperlakukan anak yang sudah yatim atau piatu?
Ustad muda Muhammad Taslimurrahman berujar ada beberapa cara memuliakan anak yatim, yakni pertama dengan cara mendidik. Kedua, membiayai pendidikannya. Ketiga, memberikan keterampilan. Keempat, menjaga hartanya.
"Jadi inilah lima cara dalam Islam memperlakukan anak yatim piatu yang benar," ucap Kepala Sekolah MTs Arramatul Abadiyah itu kepada BeritaBanjarmasin.com pada Jumat (12/7/2019). (puji/sip)
Posting Komentar